Jumat, 25 Februari 2011

Gemuruh Air dan Matinya 100 Paus

Lebih dari 100 ikan paus pilot mati karena terdampar secara massal di satu pantai terpencil di Selandia Baru, kata beberapa pejabat pelestarian alam. Beberapa pendaki juga menemukan 107 ikan paus yang terdampar di pantai Stewart Island, di lepas pantai di sebelah barat daya South Island.

Beberapa ikan paus dilaporkan sudah mati, dan petugas DOC harus menyuntik mati 48 ikan paus lainnya sebab tak ada harapan untuk bisa mengirim mereka ke laut lagi.

"Kami segera menyadari bahwa diperlukan setidaknya 10 sampai 12 jam sebelum

dapat mengirim mereka kembali ke laut, dan mengingat cuaca panas, kering, banyak ikan paus lagi akan mati," kata petugas.

Juru bicara DOC mengatakan, topan juga menerjang pantai di dekat Mason Bay, tempat ikan paus tersebut terdampar, sehingga berbahaya jika orang berusaha mengembalikan ikan paus itu ke laut. "Kami khawatir akan membahayakan keselamatan staf dan relawan," katanya.

Ikan paus pilot dengan panjang tubuh sampai enam meter adalah makhluk mamalia laut yang biasa terlihat di perairan Selandia Baru.

Peristiwa ikan paus terdampar massal biasa terjadi di pantai yang menghampar di negeri tersebut. Awal Februari, 14 ikan paus mati setelah terdampar di pantai di dekat kota wisata Nelson di South Island. Sebelumnya, 24 ikan paus mati bulan Januari di dekat Cape Reinga di bagian utara jauh negeri itu.

Apa penyebabnya?

Para ilmuwan tak yakin penyebab kematian ikan paus pilot itu karena membiarkan diri mereka terdampar di pantai, alias bunuh diri massal. Mereka berspekulasi, itu mungkin terjadi ketika suara bergemuruh di air dangkal.

Spekualasi lain, ada rombongan ikan paus pilot yang sakit bergerak menuju pantai dan yang lain mengikuti hingga terdampar. Namun, penyebab pastinya masih misteri hingga kini.
Read More

Spesies Kuda Laut Mini Ditemukan

Spesies baru kuda laut berhasil ditemukan. Kuda laut ini unik sebab berukuran hanya beberapa milimeter. Selain itu, spesies baru ini juga tidak memiliki struktur sirip di bagian dorsal atau punggung.

Spesies baru kuda laut ini dinamai Hippocampus paradoxus. Keberadaannya baru disadari setelah spesimen kuncinya disimpan lebih dari satu dasawarsa di South Australian Museum di Adelaide.

Ralph Foster, manajer koleksi di museum tersebut, mengatakan, "Spesies ini diketahui dari sebuah spesimen yang telah berada di museum sejak 1995. Saya menemukannya di rak pada 2006 dan menyadari ada yang tidak biasa."

Foster kemudian menganalisis dengan menggunakan CT Scan untuk mendapatkan

citra tiga dimensi rangka hewan itu. Cara ini biasa digunakan ilmuwan untuk menentukan karakteristik taksonomi penting berdasarkan sistem rangkanya.

Setelah menganalisis, Foster menentukan bahwa spesimen tersebut memang spesies baru kuda laut. Spesies ini unik sebab berukuran mini, hanya beberapa milimeter, serta tidak memiliki sirip dorsal atau punggung.

"Penelitian membedakan dengan jelas spesimen dari semua spesies kuda laut yang ada," kata Foster. Karena itu, spesies ini dinamai paradoxus sebab ciri-cirinya aneh dan kontradiktif dengan spesies-spesies lain.

"Spesies ini mungkin tidak pernah atau setidaknya jarang ditemukan sebelumnya," tutur Foster. Hal itu mungkin berkaitan dengan habitat spesies yang terpencil ataupun minimnya survei.

Kedalaman tempat spesimen ini ditemukan termasuk zona Mesophotic. Zona tersebut biasanya di luar jangkauan scuba diver, yang biasanya menjadi pihak pertama yang mengetahui kemungkinan adanya spesies baru.

"Dugaan saya, kemungkinan spesies ini umum pada habitat pilihannya. Namun, dibutuhkan syarat-syarat sangat spesifik untuk membuatnya terdistribusi merata, kecuali Anda menemukan habitat tepat," ucap Foster.

Saat ini telah ditemukan 230.000 jenis kehidupan laut, termasuk kuda laut. Jumlah tersebut diperkirakan hanya 30 persen jumlah sebenarnya. Ilmuwan menduga banyak spesies akan punah sebelum ditemukan sebab banyak laut telah dirusak.

"Kuda laut adalah hewan yang sangat sensitif terhadap polusi dan kerusakan habitat. Bisa jadi jenis yang baru diidentifikasi sudah punah dari alam liar," kata Chris Brown dari Weymouth Sea Life Park.
Read More

Api Terjun Setinggi 600 Meter

Melihat air terjun mungkin sudah hal biasa. Namun, bagaimana dengan "api terjun"? Inilah fenomena unik yang bisa dilihat di Horsetail Falls di Yosemite National Park, California. Api terjun itu terdapat di gugusan pegunungan Sierra Nevada, sebelah barat Danau Tahoe, memiliki ketinggian 2.000 kaki atau sekitar 600 meter.

"Api terjun" pada dasarnya merupakan air terjun, tetapi unik karena mendapatkan ekspos sinar matahari senja sehingga

berkilauan kuning keemasan. Peristiwa ini sangat langka dan cuma beberapa hari dalam setahun, biasanya di bulan Februari, sinar matahari akan menyorot air terjun, menciptakan cahaya oranye bak api yang memukau.

Fenomena api terjun paling tepat disaksikan pukul 17.30 waktu setempat. Saat itu, cahaya matahari senja tepat menyinari batuan di sekitar air terjun. Di situlah keajaiban alam terjadi dan iluminasi natural tercipta. Namun, hal tersebut sulit disaksikan sebab memang merupakan salah satu fenomena alam yang paling jarang.

Josh Anon, warga San Fransisco, berhasil mengabadikan fenomena "api terjun" itu. "Jika jumlah air cukup dan langit cukup cerah untuk mendapat cahaya matahari senja, matahari akan ada pada sudut yang tepat untuk menyinari air dan membuatnya bersinar," katanya.

Ia mengatakan, sulit untuk mendapat kesempatan menyaksikannya. "Ketika surya mulai tenggelam, air bersinar sedikit dan berwarna kuning. Kemudian, secara tiba-tiba air bersinar dan tampak seperti lava," kata Anon.

Yosemite National Park yang merentang sepanjang 3.000 kilometer menarik 3,5 juta wisatawan tiap tahunnya. Api terjun adalah salah satu pesonanya. Api terjun bisa dicapai dengan mendaki ke arah utara Twin Bridge lewat rute 50 AS.
Read More

Semut Pintar Mencari Rumah

Tubuh kecil ternyata tidak menghalangi semut mencari
sarang terbaik untuk dijadikan rumah tinggal. Penelitian yang dilakukan tim peneliti di Universitas Bristol Inggris, kemampuan
semut dalam

mencari rumah tinggal lebih baik dari manusia.

Untuk bisa melihat gerak-gerik semut mencari sarang, para penelit dengan cara memasang radio mini sebesar 3 milimetar pada tubuh semut.

Dari pantauan melalui radio mini, ketika ada dua sarang dan salah
satunya lebih besar, maka semut-semut akan menuju sarang yang lebih besar meskipun jaraknya lebih jauh.

"Setelah semut sudah menemukan sarang yang baik bagi koloninya, mereka juga merawatnya. Tetapi ketika mereka belum menemukan sarang yang pas, mereka akan terus mencari sarang baru," kata Dr. Elva Robinson, salah satu peneliti dari Universitas Bristol Inggris.

Peneliti juga menemukan saat koloni semut akan pindah sarang, semut pemimpin akan memandu untuk melakukan persiapan kemudian baru pindah ke sarang baru.
Read More

Sperma Kuda Tingkatkan Stamina?

Sperma kuda telah umum digunakan sebagai bahan penyedap di kawasan Tasmania, Australia. Di sana, segelas minuman berisi cairan itu disajikan di festival Hokitika Wildfoods yang berlangsung setiap bulan Maret.

Menurut Lindsay Kerslake, pemilik kuda-kuda pacu asal Christchurch, Australia, kuda penuh dengan testosteron. “Mereka jarang menyimpan kolesterol di tubuhnya,”.Idenya, kata Kerslake, jika Anda meminum cairan dari kuda jantan, Anda dapat

merasa kuat seperti kuda jantan tersebut. “Jika Anda mengkonsumsi minuman itu, Anda akan merasakan sensasinya selama seminggu setelahnya,” Kerslake mengklaim.

Mike Keenan, panitia penyelenggara festival tersebut menyebutkan, pihaknya yakin bahwa sperma kuda mengandung khasiat menyegarkan tersebut. Mereka yang meminumnya juga telah menyatakan demikian.

“Kami yakin hasil pengujian akan menjelaskan mengapa dan bagaimana tubuh terasa sangat enak setelah meminum itu,” ucapnya. “Saat ini penelitian sedang dilakukan."

Minuman yang mengandung sperma kuda jantan itu sendiri dijual seharga AU$7,60 atau sekitar Rp67 ribu per gelas dan tersedia dalam beberapa rasa. Jika konsumen menginginkan rasa alami, minuman itu juga tersedia tanpa campuran penyedap. Setiap porsi minuman itu juga dijual dengan minuman penawar bernama Powerhorse.
Read More

Semut Api di Asia Ternyata dari Amerika

Amerika Serikat ternyata bukan hanya mengekspor kebudayaannya ke seluruh dunia termasuk Asia. Sebuah riset menemukan, semut api (Solenopsis invicta) yang berkembang di Asia juga berasal dari Amerika Serikat.

Aslinya, semut penggigit ini berasal dari Amerika Selatan. Baru pada tahun 1930-an, semut api merangsek kawasan utara. Dan 20 tahun terakhir, semut api juga sudah menjajah negeri-negeri di Asia-Pasifik seperti China, Taiwan, Australia dan Selandia Baru.

Risetnya tentu bukan mewawancara semutnya karena ini mustahil. Riset dilakukan melalui

penelitian genetik yang dilansir sebuah tim di jurnal Science, pada Jumat 25 Februari 2011 ini.

Meski berasal dari Amerika Selatan, namun peneliti memastikan yang berkembang di Asia adalah keturunan semut api yang berkembang belakangan di Amerika Serikat, kata Marina Ascunce, dari Museum Sejarah Alam Florida, Universitas Florida.

"Saya dulu kira, setidaknya salah satu populasi di kawasan yang baru terjangkit berasal dari Amerika Selatan, namun semua data genetik memperlihatkan sumber yang paling mendekati adalah semut api dari kawasan selatan Amerika Serikat."

"Dengan mengetahui dari mana asal mereka, pengendalian biologis tentu bisa lebih fokus," kata Ascunce. "Kami juga dapat meningkatkan pengawasan kawasan sumber atau rute transportasi kunci," katanya.

Data genetika ini didapatkan dari semut-semut yang berasal dari 2.144 koloni yang tersebar di 75 kawasan geografis. Kesimpulan didapatkan dalam serangkaian tes untuk menentukan asal semut api.

Transportasi memang menjadi jawaban dari fenomena ini. Larry Gilbert, Direktur Laboratorium Lapangan Brackenridge, Universitas Texas, menyatakan, beberapa serangga penjajah ini dibawa ke Amerika Serikat melalui perdagangan.

"Jadi, sangat ironis ketika satu dari serangga yang terbawa ke Amerika Serikat lalu menjadi pelabuhan untuk mereka keluar ke seluruh dunia," kata Gilbert mengomentari hasil penelitian, kepada Associated Press.

Para ilmuwan memperkirakan semut api masuk Amerika Serikat melalui kapal kargo di Alabama. Dan sekarang, Amerika membelanjakan US$6 miliar per tahun untuk memerangi serangga, kerusakan pertanian dan biaya pengobatan.
Read More

Ayam Kalkun Keturunan Tyrannosaurus

Di sejumlah negara ada tradisi yang dilakukan beberapa hari setelah Thanksgiving. Pada kesempatan itu, dua orang akan memegang tiap ujung dari tulang garpu (wishbone atau furcula) ayam kalkun. Mereka menarik masing-masing ujungnya sampai tulang itu patah menjadi dua.

Sebagai informasi, wishbone merupakan tulang yang khusus karena ia merupakan satu kesatuan.

Furcula, istilah biologi untuk tulang garpu atau

wishbone terbentuk dari penggabungan dua tulang selangka di sekitar tulang dada. Furcula merupakan bagian penting dari mekanisme penerbangan burung. Ia menjadi titik penghubung untuk otot dan alat penguat bagi sayap.

Tulang itu sendiri sebenarnya elastis dan bertindak sebagai pegas yang menyimpan dan melepaskan energi saat burung mengepakkan sayapnya. Sangat sulit untuk mematahkan tulang ini jika belum dikeringkan.

Seperti dikutip dari Life Little Mysteries, 25 Februari 2011, sebelum ini ilmuwan mengira bahwa furcula merupakan tulang yang unik, yang hanya dimiliki burung.

Namun kini paleontologis memastikan, tulang ini sudah ada sejak lebih dari 150 juta tahun lalu dan tulang itu dimiliki oleh dinosaurus berkaki dua, yang memakan daging, yakni Tyrannosaurus dan Velociraptor.

Seperti diketahui, dua makhluk hidup reptil ini tidak terbang. Pada tubuh mereka, furcula kemungkinan bertindak sebagai struktur penopang saat dinosaurus itu memegang mangsanya.

Temuan ini merupakan komponen penting dari teori yang umum diterima bahwa burung dan unggas termasuk ayam kalkun merupakan keturunan dari dinosaurus seperti Tyrannosaurus.
Read More

Senin, 21 Februari 2011

Ditemukan, Perairan Tertua di Dunia

Para peneliti menemukan perairan dalam di bawah tanah yang telah terisolasi selama jutaan tahun di Witwatersrand Basin, Afrika Selatan. Luasnya diperkirakan mencapai seluas 400 kilometer.

Saat ditemukan, peneliti mendapati adanya gas neon larut di air yang berasal dari celah-celah berkedalaman hingga 3 kilometer dan tidak sesuai dengan profil gas neon biasa. Peneliti juga menemukan

tingkat salinitas atau kadar garam yang tinggi dan beberapa tanda-tanda kimia unik.

Tanda-tanda tersebut sangat berbeda dengan zat cair ataupun gas yang muncul dari bawah kerak bumi lainnya.

“Tanda-tanda kimia tersebut tidak sesuai dengan air samudera atau air yang berada di tempat yang lebih tinggi di Witwatersrand Basin,” kata Barbara Sherwood Lollar, peneliti dari University of Toronto, seperti dikutip dari Science20, 21 Februari 2011.

Lollar menyebutkan, perairan dalam ini merupakan produk dari isolasi dan interaksi kima yang ekstensif antara air dan batu dalam kurun waktu geologi yang sangat panjang.

“Tanda-tanda isotop neon jenis ini diproduksi dan terperangkap di dalam batu setidaknya selama 2 miliar tahun lalu. Saat ini kita masih bisa menemukannya di sana,” kata Lollar.

Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa sebagian dari neon tersebut menemukan jalan ke luar dari bebatuan dan secara bertahap membaur, berakumulasi dengan cairan lain di celah-celah. “Ini hanya bisa terjadi di perairan yang terpisah dengan permukaan selama periode waktu yang sangat lama,” ucapnya.

Penemuan ini juga mengungkapkan dimensi lain terhadap lingkungan hidup. Pada salah satu celah, peneliti menemukan ekosistem mikrobial yang paling dalam di Bumi. Di sana terdapat organisme yang berevolusi hingga bisa hidup tanpa sinar matahari atau energi kimia yang berasal dari bebatuan.

“Komunitas mikrobial ini memperluas konsep kami seputar bagian mana yang bisa ditinggali oleh makhluk hidup di Bumi,” kata Lollar. “Mengingat mereka punya kesamaan dengan organisme yang ditemukan di bagian lain di Bumi, kami berasumsi bahwa mikroorganisme tersebut bukanlah berasal dari nenek moyang yang berbeda, namun dulu mereka datang dari tempat lain untuk tinggal di bebatuan tersebut,” ucapnya.

Yang pasti, kata Lollar, lamanya periode isolasi telah mempengaruhi evolusi mereka. “Di sinilah kami berusaha mengekspolrasi dengan penelitian lebih lanjut bersama rekan-rekan kami dari bidang mikrobiologi,” ucapnya.
Read More

Letusan Matahari Membawa Berkah

Radiasi Matahari menyapu sinar kosmik energi ultra tinggi yang hadir dari luar tata surya.
Meski dramatis, letusan dahsyat Matahari pada 14 Februari lalu ternyata tidak sampai memaksa astronot di Internal Space Station untuk lari berlindung. Malah, tampaknya letusan matahari itu membantu menurunkan dosis radiasi yang diterima astronot.

Letusan yang terjadi tersebut, yang merupakan letusan terbesar selama empat tahun terakhir, mengirimkan gelombang radiasi besar dan partikel yang bergerak cepat ke

arah Bumi. Setelah letusan itu, Matahari tetap aktif. Bahkan empat hari kemudian, ia kembali melontarkan lidah api besar.

Beruntung, stasiun ruang angkasa ISS berada di jarak 354 kilometer di atas permukaan laut. Ia masih dilindungi medan magnet pelindung milik Bumi yang melindungi dari badai luar angkasa pada umumnya.

“Jika astronot tetap berada di dalam stasiun ruang angkasa, ia tidak dalam bahaya,” kata Frank Cucinotta, Chief Scientist of Space Radiation Program, NASA, seperti dikutip dari Space, 22 Februari 2011. “Bahkan radiasi dari letusan matahari itu membawa berkah,” ucapnya.

Cucinotta menyebutkan, yang jauh lebih mengkhawatirkan bagi astronot justru adalah sinar kosmik galaksi yang datang dari tempat lain. “Gelombang radiasi dan partikel dari Matahari justru menyapu sejumlah sinar kosmik dengan energi ultra tinggi yang datang dari luar sistem tata surya,” ucapnya.

Sebagai informasi, sinar kosmik yang beredar umumnya terdiri dari proton berenergi tinggi yang dilahirkan oleh ledakan supernova dan kejadian dramatis lain yang terjadi di seluruh penjuru alam semesta. Gelombang ini terus menerus membanjiri tata surya kita dari jauh, dan mereka jauh lebih sulit diatasi dibandingkan dengan radiasi dari Matahari kita.

Atmosfir Bumi mampu melemahkan sinar kosmik, sehingga astronot menerima dosis radiasi jauh lebih tinggi dibanding mereka yang tinggal di bumi. Partikel yang bergerak dalam kecepatan tinggi bisa memasuki kulit dan daging manusia, menghantam sel tubuh dan merusak DNA. Sejalan dengan waktu, manusia yang terimbas radiasi secara terus menerus berpotensi terkena kanker dan masalah kesehatan lain.

Namun demikian, badai Matahari yang terjadi pekan lalu justru mereduksi eksposur terhadap radias kosmik. “Gelombang magnetik milik Bumi mampu memantulkan partikel kosmik,” kata Cucinotta. “Sehingga, saat radiasi Matahari tiba di Bumi, ia menyapu banyak sinar kosmik yang berada di hadapannya,” ucapnya.

Fenomena ini disebut sebagai “Forbush decrease” dan pernah terjadi di tahun 2005 lalu. Ketika itu, radiasi sinar kosmik dari penjuru alam semesta berhasil disapu oleh gelombang radiasi dari Matahari hingga berkurang sekitar 30 persen.

Artinya, meski badai yang terjadi di Matahari berpotensi merusak, misalnya mengganggu infrastruktur listrik dan komunikasi di seluruh dunia, dahsyatnya kekuatan radiasi itu juga membawa berkah yakni membuat gelombang pelindung bagi astronot yang berada di ratusan kilometer di atas Bumi.
Read More

Letusan Bintik Matahari Kacaukan Bumi

Akhir minggu lalu, letusan bintik matahari dikabarkan mengarah ke Bumi dan diperkirakan sampai pada hari Jumat pagi dini hari. Dampak suar matahari itu diperkirakan bisa mengacaukan jaringan radio telekomunikasi di seluruh dunia.

Perkiraan kerusakan telekomunikasi itu disimpulkan berdasarkan efek letusan bintik matahari yang sudah-sudah. Dalam empat tahun terakhir, sebuah suar matahari yang sangat kuat membawa

badai cuaca yang sangat besar. Dan selama ini badai itu selalu mengganggu sejumlah jaringan telekomunikasi di Bumi.

Demikian dikatakan profesor Daniel Baker, seorang ahli cuaca ternama asal University of Colorado, seperti dikutip VIVAnews dari Cellular News, Senin 21 Februari 2011.

Bintik mahatai yang meletus 15 Februari lalu,diklasifikasikan sebagai suar kelas X. Letusan itu memuntahkan miliaran ton partikel ke arah Bumi, yang dikenal dengan istilah coronal mass ejection (CME).

Sejumlah ahli menyebutkan bahwa letusan itu adalah pertanda bahwa matahari telah hidup kembali. "Selama beberapa tahun terakhir, sejak awal abad 20, matahari cukup tenang. Tapi sekarang ia memuntahkan miliaran ton partikel dan memicu badai geomagnetik di medan magnet Bumi. Muntahan partikel sekuat itu mampu menyebabkan gangguan telekomunikasi, sistem navigasi penerbangan, dan arus listrik," jelas Baker.

"Letusan matahari itu juga menganggu keamanan para astronot dan awak pesawat," tandas profesor yang pernah menjabat ketua komite National Research Council 2008 dengan hasil riset bertajuk "Severe Space Weather Events".

Dari sudut pandang ilmiah, peristiwa bintik matahari kelas X, jenis suar matahari terkuat, dianggap sangat menarik. Tapi, dari sudut pandang masyarakat, Baker mengatakan, kita tidak mungkin membiarkan awak pesawat ruang angkasa yang beroperasi di sekitar Bumi sampai turun ke Bumi.

Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration, beberapa CME akan mencapai atmosfer Bumi pada hari ini atau esok. Namun, belum dapat dipastikan wilayah Bumi mana yang akan terkena dampak letusan suar matahari itu.

"Ketergantungan manusia pada teknologi sekarang ini membuat masyarakat lebih rentan terhadap pengaruh cuaca," ucap Baker. "Tapi, para ilmuwan dan insinyur telah membuat langkah besar dalam beberapa dekade terakhir terkait fenomena ini."

"Sekarang kami lebih paham tentang apa yang akan terjadi dan apa dampaknya. Sehingga, setidaknya dapat membangun sistem yang lebih kuat untuk meminimalisir dampak letusan tersebut," tutur Baker.

"Ini akan menjadi sangat menarik untuk menguji sistem teknologi kami dalam menahan kerasnya cuaca ruang angkasa seiring meningkatnya kembali aktivitas matahari," pungkasnya.
Read More

Laba-laba Penghisap Darah Doyan Bau Kaus Kaki

Dari penelitian terakhir, diketahui bahwa sebuah spesies laba-laba yang mangsa utamanya adalah nyamuk pembawa penyakit malaria, yakni Anopheles gambiae, sangat tertarik dengan bau keringat di kaus kaki.

Peneliti asal Inggris dan Kenya membuktikannya dalam sebuah eksperimen. Mereka menggunakan kaus kaki bekas pakai untuk mengetahui apakah laba-laba yang dimaksud juga memiliki sifat yang sama dengan sifat mangsanya, yakni tertarik dengan bau-bauan dari manusia.

Ternyata, laba-laba lompat tampak telah mengembangkan ketertarikan terhadap

bau kaki manusia untuk membantu mereka menemukan mangsa. Temuan ini dilaporkan pada jurnal Biology Letters.

Menurut peneliti, manusia kini bisa ‘merekrut’ Evarcha culicivora, laba-laba lompat Afrika Timur tersebut, dalam memerangi malaria. Caranya dengan mengajak laba-laba itu tinggal di rumah yang dipenuhi dengan kaus kaki bau.

Fiona Cross, peneliti dari University of Canterbury, Inggris dan Robert Jackson, dari International Centre of Insect Physiology and Ecology, Kenya melakukan penelitian tersebut. Mereka tertarik meneliti spesies laba-laba itu karena laba-laba itu merupakan pemangsa satu-satunya yang secara spesifik memangsa nyamuk penyebab malaria tersebut.

“Kami memiliki kecurigaan bahwa bau manusia sangat menarik bagi laba-laba sebelum melakukan eksperimen ini,” kata Cross, seperti dikutip dari BBC, 21 Februari 2011. “Padahal umumnya, laba-laba ini tinggal di rerumputan tinggi di luar rumah atau di gedung-gedung yang ditinggali manusia."

Untuk membuktikan kecurigaan itu, mereka merancang peralatan eksperimen berbasis aroma yang disebut sebagai olfactometer. Mereka kemudian menempatkan laba-laba uji dalam sebuah wadah. Udara kemudian dipompakan ke masing-masing wadah. Masing-masing udara datang dari kotak yang berisi kaus kaki bersih dan kaus kaki bekas dipakai yang memiliki bau keringat kaki manusia.

Bagi tiap laba-laba, peneliti juga menyediakan pintu darurat agar mereka bisa melarikan diri kapan saja ke ruangan yang tidak diberi bau apapun.

“Ternyata, laba-laba yang diberi aroma kaus kaki bau betah berlama-lama di ruangan yang dihembuskan bau tersebut, dibandingkan laba-laba yang dihembuskan bau kaus kaki yang baru dicuci,” kata Cross. “Kenyataan bahwa laba-laba menemukan bahwa bau manusia sangat menarik belum pernah diketahui sebelumnya."

Cross menyebutkan, penemuan ini berkaitan dengan perilaku lain laba-laba ini. “Saat mereka menemukan bau darah, mereka bisa menjadi sangat rakus dan bisa membunuh hingga 20 nyamuk secara terus menerus, meski tidak memakan seluruhnya,” ucapnya.

Saat ini, kata Cross, mereka perlu mempelajari lebih lanjut perilaku seperti itu. “Mereka menjadi gila saat berada di sekeliling nyamuk yang sudah menghisap darah,” ucapnya.

Meski kedengarannya mengerikan, kedua peneliti yakin bahwa makhluk haus darah itu bisa membantu manusia dalam memenangkan pertempuran kompleks melawan malaria. “Laba-laba itu ada di lingkungan dan tersedia secara gratis,” kata Cross. “Lalu kenapa tidak kita mencari cara untuk memanfaatkan predator menarik ini?”

Cross dan rekan-rekannya kini mencari cara bagaimana manusia bisa mengundang laba-laba ini ke dalam rumah tanpa mengundang pula nyamuk. “Di kawasan yang dilanda wabah malaria, orang-orang perlu menyambut kedatangan makhluk tersebut ke dalam rumahnya,” ucapnya.
Read More

Mimas, Bulan Milik Saturnus

Mimas merupakan bulan terdekat milik planet Saturnus yang permukaannya didominasi oleh kawah. Saking banyaknya, bulan ini tampak seperti bintang mati.

Bulan ini juga terkenal karena memiliki kawah yang berukuran sepertiga dari ukuran bulan tersebut. Kawah itu, disebut dengan Herschel Crater, berukuran lebar 140 kilometer. Padahal, diameter Mimas sendiri hanya

396 kilometer.

Menurut astronom, jika obyek yang menabrak Mimas berukuran lebih besar atau menabrak dengan kecepatan yang lebih tinggi, Mimas bisa jadi sudah hancur berkeping-keping. Membentuk bulan baru atau tercecer menjadi cincin baru milik Saturnus.

Cassini, pesawat pembawa teropong luar angkasa milik NASA, pada 13 Februari 2010 lalu berhasil terbang mendekati Mimas dengan jarak hanya 9500 kilometer. Saat berada di jarak terdekat tersebut, Cassini mengambil gambar-gambar permukaan Mimas dan mengirimkannya ke Bumi.

Berikut ini foto: Mimas, Bulan Milik Saturnus yang berhasil ditangkap oleh Cassini.

Mimas sendiri merupakan benda angkasa yang memiliki kepadatan rendah, hanya 1,17 kali lebih padat dibanding air cair. Menurut astronom, data tersebut mengindikasikan bahwa bulan itu terdiri dari air yang membeku dan hanya sedikit mengandung bebatuan. Diperkirakan, Mimas memiliki suhu permukaan -299 derajat Celcius.
Read More

Jumat, 18 Februari 2011

Astronom Bikin Alat Pendeteksi Alien

Sebuah instrumen sedang dibuat di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, Amerika Serikat. Instrumen itu akan digunakan pada salah satu teleskop terbesar dan terkuat yang pernah dibuat ilmuwan yang ada di Canary Islands, Spanyol.

Alat ini nantinya akan digunakan oleh astronom untuk membantu melengkapi data yang diperoleh pesawat ruang angkasa Kepler dalam mencari dan mengkarakteristikkan

planet-planet alien yang diduga berpotensi mengandung kehidupan.

Instrumen spectograph yang disebut sebagai HARPS-North (Hight-Accuracy Radial velocity Planet Searcher) itu didesain untuk mendeteksi sinyal yang kecil sekalipun yang dihasilkan oleh planet hingga sekecil Bumi yang mengorbit dekat dengan bintangnya.

“Selama ini, Kepler memberikan informasi ukuran planet berdasarkan banyaknya cahaya yang ia blokir saat melintas di depan bintangnya,” kata David Latham, astronom Smithsonian, seperti dikutip dari Space, Kamis, 17 Februari 2011.

Latham menyebutkan, kini pihaknya membutuhkan alat untuk mengukur massa planet, sehingga peneliti bisa mengetahui kepadatan planet yang bersangkutan. “Alat ini memungkinkan kami membedakan planet batu dan planet air dari objek yang didominasi oleh atmosfir yang penuh hidrogen dan helium,” ucapnya.

Cara kerja spectograph tersebut adalah dengan memisahkan cahaya dari sebuah bintang ke dalam komponen panjang gelombang atau warna, sama seperti cara kerja sebuah prisma. Elemen kimia kemudian akan digunakan untuk menyerap sinar dengan warna tertentu, dan meninggalkan garis hitam di dalam spektrum bintang.

Garis-garis ini perlahan berubah posisi karena pengaruh gravitasi dari planet yang mengorbit bintang mereka dan memungkinkan peneliti melakukan pengukuran.

“HARPS-N akan meneliti objek yang paling menarik yang ditemukan oleh Kepler,” kata Dimitar Sasselov, direktur pada Harvard Origins of Life Initiative, pusat penelitian yang mempelajari pembentukan planet dan pendeteksian sumber serta evolusi awal dari kehidupan.

Sasselov menyebutkan, HARPS-N akan bekerja sama dengan Kepler dan dijadwalkan akan mulai melakukan pengukuran pada April 2012.
Read More

"Taksi Asteroid" Antar Manusia ke Mars

Para penjelajah antariksa di masa mendatang mungkin bisa mencapai planet merah Mars dengan "membonceng" asteroid. Mereka dapat menghemat ongkos dengan menempelkan kendaraan antariksa di salah satu sisi asteroid yang akan melintas antara Bumi dan Mars.

Mendaratkan pesawat luar angkasa di landasan batu asteroid dipertimbangkan sebagai cara menyiasati masalah utama yang bakal ditemui saat meluncur ke Mars. Selain ongkos tenaga, menempatkan wahana di sisi yang aman dapat memberi perlindungan dari

sinar kosmik ataupun partikel-partikel berenergi tinggi yang banyak berkeliaran dengan kecepatan cahaya di luar angkasa.

Radiasi sinar kosmik membawa efek buruk bagi tubuh manusia. Ia dapat merusak DNA dan juga meningkatkan risiko kanker serta katarak. Penelitian pun mengungkap bahwa sejumlah tertentu radiasi akan membombardir astronaut selama ratusan hari perjalanan mengelilingi Mars akan meningkatkan risiko kanker 1-19 persen.

"Maka ketimbang memusatkan perhatian untuk membangun pelindung yang lebih baik terhadap radiasi, kita perlu memikirkan desain pesawat antariksa yang dapat melompat ke dalam dan ke luar asteroid yang tengah melintas," kata Gregory Matloff, seorang ahli fisika dari New York City College of Technology.

Taksi-asteroid ini membutuhkan luas sekitar 10 meter persegi, sudah cukup untuk memberikan perlindungan yang layak. Sejauh ini telah diketahui lima jenis asteroid yang cocok pada kriteria, dan kelimanya diperkirakan akan melewati Bumi menuju ke Mars sebelum tahun 2100. Bagaimanapun, teori Matloff masih harus mengkaji lagi berbagai hal dan resiko, sebelum direalisasikan sebagai model baru perjalanan luar angkasa.
Read More

Bekas Ledakan di Komet Berhasil Dipotret

Wahana luar angkasa Stardust-NExT berhasil mencapai jarak terdekat dengan komet sasarannya, Tempel 1, Selasa (15/2/2011) pukul 11.40 WIB lalu. Jarak terdekat yang berhasil dicapai oleh wahana luar angkasa tersebut adalah 178 km, lebih dekat dari yang diprediksikan.

Ketika mencapai jarak terdekat, Stardust-NExT juga berhasil mengambil gambar beresolusi tinggi yang mencitrakan wajah komet Tempel 1. Citra tersebut akan digunakan oleh para astronom untuk melihat perubahan pada komet setelah misi Deep Impact pada tahun 2005. Saat itu, wahana Deep Impact menembakkan proyektil ke

permukaan komet Tempel 1 dan melakukan observasi untuk mengetahui komposisi komet tersebut.

Salah satu citra yang berhasil dipotret oleh Stardust-NExT adalah kawah seluas 150 meter yang dalam citra tahun 2005 tidak terdapat. Kawah tersebut terlihat sangat kecil pada hasil pencitraan, namun secara konsisten terlihat dari berbagai sisi. Para astronom yakin, kawah itu adalah bekas hantaman pada misi Deep Impact.

Kawah bekas hantaman itu terlihat "lunak", tidak seperti kawah di permukaan batuan lain yang umumnya terbentuk dengan jelas. "Hal ini menunjukkan bahwa inti komet ini rapuh dan lemah, terlihat dari 'kelunakan' kawah yang kita lihat saat ini," kata Peter Schultz, ilmuwan dari Brown University Providence Rhode Island yang juga terlibat dalam misi ini.

Schultz mengatakan, di bagian tengah kawah tampak adanya gundukan. Ini menunjukkan bahwa debu komet yang terhambur ke atas saat hantaman terjadi ditarik kembali ke permukaan komet oleh gaya gravitasi. "Dalam hal itu, kawah tersebut tampak seperti sedang mengubur dirinya sendiri," papar Schultz.

Selain menangkap citra kawah, Stardust-NExT juga berhasil mengambil citra keseluruhan Tempel 1. Dalam citra tersebut, Tempel 1 tampak berbentuk bulat seperti kentang. Pada permukaan komet pertama yang berhasil diobservasi dua kali ini, terdapat bercak-bercak yang menandakan bahwa permukannya tidak rata.

Dengan berhasilnya Stardust-NExT menyelsaikan misi ini, maka wahana luar angkasa ini telah menempuh jarak 5,7 miliar km di angkasa. Stardust-NExT juga telah menyelesaikan dua misi observasi komet. Sebelumnya, Stardust-NExT bernama Stardust dan telah menyelesaikan misi untuk mengoleksi debu dan gas dari komet Wild 2.
Read More

Ilmuwan Buat Antilaser Pertama

Laser, yang banyak digunakan sebagai pembaca CD dan alat penunjuk (pointer), kini menemukan pasangannya. A Douglas Stone, ilmuwan Yale University, berhasil menemukan "antilaser" yang berguna untuk menjebak dan membuyarkan sinar laser.

Antilaser memiliki perbedaan mendasar dengan laser. Jika laser mengubah energi listrik menjadi energi cahaya dalam rentang frekuensi yang sempit, antilaser akan mengubah

laser menjadi energi panas dan kemudian menjadi energi listrik.

Laser konvensional menggunakan material semacam semikonduktor yang disebut "gain medium" untuk memproduksi gelombang cahaya yang terfokus. Sementara antilaser memakai silicon sebagai "loss medium" yang menjebak cahaya sebelum diubah menjadi panas.

Stone mengatakan, teknologi antilaser bisa dimanfaatkan untuk merancang komputer optik generasi mendatang. Menurut Stone, komputer tersebut akan mendapat sumber daya dari cahaya di samping elektron.

"Generasi komputer masa mendatang yang memiliki performa tinggi akan memiliki hybrid chips," kata Stone. Komputer masa depan takkan menggunakan cip dengan transistor dan silikon. Teknologi ini juga bisa membantu kepentingan radiologi.

Meski tampak keren, teknologi ini takkan menjadi tameng bagi laser. "Ini sesuatu yang menyerap laser. Jika pistol laser dimaksudkan untuk membunuh Anda, itu memang akan benar-benar membunuh," ucap Stone.
Read More

Pahatan Purba Ditemukan di Goa Timor

Ilmuwan Australia menemukan pahatan dari masa prasejarah di dinding goa ketika sedang berburu fosil tikus raksasa di Goa Lene Hara, Timor Leste. Para ilmuwan memperkirakan pahatan itu berasal dari masa Pleistocene, lebih kurang 12.000 tahun yang lalu.

Pahatan menggambarkan wajah-wajah manusia prasejarah, salah satunya dengan hiasan kepala unik yang

merepresentasikan matahari. Pahatan jenis tersebut merupakan pertama dan satu-satunya di Timor Leste yang berasal dari masa Pleistocene.

Ken Aplin dari Australia Commonwealth Scientific and Research Organization (Csiro) yang terlibat misi tersebut mengatakan bahwa ia menemukan pahatan tersebut secara tak sengaja. Saat melihat ke atas, senter di kepalanya tiba-tiba menyinari pahatan itu.

"Melihat ke atas dari lantai goa, senter kepala saya menyinari sesuatu yang tampak seperti pahatan. Saya melihat sekeliling dengan senter kepala saya dan melihat seluruh panel ukiran wajah manusia prasejarah pada dinding gua," katanya.

Aplin mengatakan, "Penduduk lokal yang bekerja dengan kami terpesona dengan penemuan tersebut. Mereka mengatakan bahwa wajah-wajah itu telah memilih hari tersebut untuk menampakkan diri sebab mereka bangga dengan apa yang kita lakukan."

Bentuk seni goa lain juga ditemukan dan diperkirakan berusia 30.000 tahun. Tahun lalu, pihak Csiro mengatakan bahwa mereka telah menemukan spesies tikus raksasa purba yang diklaim memiliki ukuran sebesar anjing kecil.
Read More

Bagian Mars yang Berwarna Biru

Planet Mars memang terkenal dengan sebutan planet merah. Tapi, tak seluruh permukaan Mars berwarna merah ketika dicitrakan. Hasil jepretan Mars Reconaissance Orbiter NASA menunjukkan bahwa ada bagian planet itu yang

berwarna biru, seperti Bumi.

Hasil jepretan yang dipublikasikan di New Scientist itu ialah bukit pasir di Kawah Rabe, wilayah berdiameter 100 kilometer di dataran tinggi belahan selatan Mars. Gundukan itu benar-benar tampak biru, seperti lautan bumi tampak dari udara.

Bukit pasir itu menutupi sebagian wilayah Kawah Rabe. Bukit pasir terbentuk dari pasir basalt di dasar kawah dan dibentuk oleh angin Mars. Citra lebih dekat menunjukkan pegunungan berstruktur mirip sidik jari, lembah, dan riak-riak.

Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa bagian gundukan pasir tampak berwarna lebih gelap dibanding wilayah kawah lain? Salah satu kemungkinannya adalah pasir di dasar kawah bukan pasir lokal, tetapi pasir dari daerah lain yang terjebak oleh kondisi topografis daerah tersebut. Tidak ada uraian mengapa wilayah tersebut berwarna biru.
Read More

Penyu Langka Tampakkan Diri di Sumatera

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) menampakkan diri di salah satu pantai di Sumatera. Penyu belimbing adalah salah satu jenis penyu yang sangat langka dan tergolong paling terancam punah.

Khairul Amra, anggota grup konservasi lokal, mengatakan kepada AP bahwa

ia menjumpai penyu itu selama akhir pekan sebelum penyu itu kembali ke air. Khairul mengatakan, ia menjumpai penyu tersebut bersama lusinan telur yang diletakkan penyu itu.

Ini untuk ketiga kalinya para ahli menjumpai penyu jenis tersebut di pantai yang sama. Penyu belimbing adalah spesies yang telah mengembara lautan selama 100 juta tahun. Namun, kini jumlah penyu belimbing hanya sekitar 30.000 ekor.

Spesies yang ditemui di Sumatera ini memiliki ukuran 3 meter, ukuran maksimal penyu jenis itu bisa tumbuh. Keberadaan spesies ini terancam oleh perburuan telur dan perikanan komersial.
Read More

Ditemukan Planet Baru di Tata Surya

Sekelompok astronom yakin bahwa mereka telah menemukan planet baru dalam tata surya. Planet tersebut diduga berukuran empat kali lebih besar daripada Jupiter dan berada pada jarak yang sangat jauh dari Matahari.

Keberadaan planet tersebut masih perlu dibuktikan. Namun, beberapa kalangan percaya bahwa bukti-bukti telah terkumpul lewat hasil observasi teleskop NASA, WISE. Data terkait temuan planet tersebut akan dipublikasikan tahun ini.

Daniel Whitmire dari Universitas Lousiana Lafayette, AS, percaya bahwa data-data bisa membuktikan keberadaan planet itu dalam dua tahun. "Jika benar, saya dan rekan saya, John Matese, akan jungkir balik. Dan, itu tidak mudah pada usia kami," katanya.

Untuk sementara, planet itu dinamai

Tyche. Nama itu diambil dari nama dewi Yunani yang menentukan nasib suatu kota. Tyche diduga merupakan planet gas raksasa, jenis planet yang sama seperti Jupiter.

Tyche diduga terdapat di bagian luar Awan Oort, sebuah kawasan "terpencil" di tata surya. Jarak planet ini dengan Matahari mencapai 15.000 kali dari jarak Matahari-Bumi atau 375 kali jarak Matahari-Pluto.

Whitmire percaya, penyusun utama Tyche adalah Hidrogen dan Helium. Ia juga mengungkapkan bahwa atmosfer planet ini mirip atmosfer Jupiter. "Anda juga bisa berharap planet ini memiliki beberapa satelit," katanya.

Umumnya, planet yang berada di wilayah Awan Oort memiliki suhu hampir nol mutlak (-273 derajat celsius). Namun, Tyche diperkirakan memiliki suhu -73 derajat celsius, 4-5 kali lebih hangat dari Pluto.

Jika terbukti kebenaran keberadaannya, Tyche akan menjadi planet kesembilan sekaligus terbesar. International Astronomical Union (IAU) akan menjadi pihak yang menyetujui atau menolak keberadaan planet ini.

Whitmire dan Matese menduga keberadaan planet berdasarkan adanya kejanggalan pada sudut kedatangan komet yang banyak terdapat di Awan Oort. Sebesar 20 persen jumlah tertentu yang muncul sejak tahun 1898 memiliki sudut datang yang lebih besar dari seharusnya.

Kemungkinan keberadaan Tyche diungkapkan Whitmire dalam wawancaranya dengan The Independent,Hasil penelitian Whitmire itu didasarkan pada adanya kejanggalan sudut datang komet yang dipublikasikan di jurnal Icarus bulan ini.
Read More

Letusan Bintik Matahari Dekati Bumi Siang Ini

Letusan ini adalah suar matahari terbesar dalam 4 tahun terakhir.
Letusan bintik matahari lagi-lagi menghantui penduduk di Bumi. Menurut Solar Dynamics Observatory milik NASA, siang ini, atau sekitar tengah malam waktu setempat, letusan bintik matahari terbesar akan menyambangi Bumi. Ini adalah suar matahari terbesar dalam empat tahun terakhir.

Letusan itu, atau dikenal dengan istilah coronal mass ejection (CME), terpancar sejak Senin 14 Februari 2011, pukul 8:56 pm waktu setempat. Ia dikategorikan sebagai letusan Class X2.2, jenis ledakan yang terparah.

Letusan bintik matahari ini mengikuti jejak

letusan Class M sebelumnya, yang mana besarnya hanya sedang atau medium, dan beberapa ledakan berdaya rendah Class C seminggu sebelumnya.

CME bergerak dengan keadaan terbakar ke arah Bumi dengan kecepatan sekitar 900 km per detik. Meski kedatangannya tidak pernah diharapkan, CME diperkirakan akan sampai ke Bumi pada pukul 10 malam, waktu setempat.

"Ini adalah letusan bintik matahari terbesar pada siklus matahari saat ini," papar Solar Dynamics Observatory NASA dalam keterangan resmi yang dikutip dari TG Daily, Jumat 18 Februari 2011.

Observatorium NASA menangkap gambar ledakan itu dalam gelombang ultraviolet yang relatif ekstrim sepanjang 193 Angstrom, walaupun alat SDO agak kewalahan untuk menangkap kilatan cerah.

Menurut NASA, suar matahari akan menimbulkan efek yang nyata pada penduduk Bumi ketika sampai ke permukaan atmosfer. Bukan tidak mungkin jika transmisi radio dan sistem GPS akan lumpuh. Begitu pun arus listrik.

Radiasi terbesar akan dirasakan para astronot yang tengah berada di International Space Station (stasiun ruang angkasa), tak terkecuali penumpang dan awak pesawat.

Namun, sebagai partikel bermuatan besar menabrak atmosfer Bumi, ada kemungkinan menimbulkan cahaya terang dari garis Utara ke Selatan yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Sayangnya, NASA tidak menyebutkan secara spesifik daerah negara bagian mana yang akan dapat melihat fenomena alam ini.
Read More

Bintang Baru Lahir di Galaksi Tetangga

Teleskop ruang angkasa Hubble kembali menangkap gambar fantastis. Kali ini, gambar yang ditangkap tidak berada di galaksi tata surya melainkan galaksi tetangga kita, NGC 2841. Galaksi ini merupakan salah satu galaksi terdekat yang sengaja dipilih untuk meneliti pembentukan bintang.

Foto menakjubkan yang baru dirilis oleh badan ruang angkasa NASA itu memperlihatkan sebuah galaksi besar dengan taburan bintang-bintang kecil berwarna biru layaknya batu permata. Fantastis.

Gambar ini diambil dengan instrumen baru teleskop Hubble, yakni Wide Field Camera 3 (WFC3). Dengan kemampuan yang dimilikinya, NASA berhasil menangkap gambar secara detail bahkan sampai memperoleh komposisi warna biru solid pada permukaan bintang.

Sekadar diketahui, galaksi berbentuk spiral, yang lebih dikenal dengan sebutan NGC 2841 ini terletak di

konstelasi Ursa Major, sekitar 46 juta tahun cahaya dari Bumi.
Jika diamati, cahaya bintang paling terang terpusat di tengah galaksi. Sementara cahaya spiral adalah debu yang menjadi siluet limpahan bintang paruh baya.

Objek samar-samar berwarna merah jambu pada gambar merupakan emisi nebula. Hal ini menandakan bintang tersebut benar-benar baru saja lahir.


Peneliti mengatakan, foto NGC 2841 di atas adalah bagian dari studi baru bagi ilmuwan untuk memahami dan mempelajari pembentukan bintang di alam semesta. Para ilmuwan akan mengamati lingkungan yang berbeda di sekitar galaksi tersebut untuk menjawab beberapa pertanyaan kunci.

"Para astronom tidak mengerti, misalnya, bagaimana sifat pembibitan bintang sehingga variatif sesuai dengan komposisi dan kepadatan gas yang ada. Mereka juga bahkan tidak tahu apa yang memicu pembentukan bintang pertama kali," kata si peneliti.
Read More

Minggu, 13 Februari 2011

Waktu Kemunculan Buku Alien Terpecahkan

Naskah Voynich yang dianggap sebagai buku ‘alien’ oleh ilmuwan dan sejarawan menjadi misteri selama beberapa dekade. Kini, satu misteri terpecahkan.

“Buku tebal yang berisi ‘Kode DaVinci’ ini tampak tua. Barisan teks tertulis di

perkamen tua dengan gambar rumit seperti tanaman, grafik astronomi dan campuran simbol manusia dan angka," demikian studi itu.

Saat pandangan pertama, naskah Voynich tampak tidak berbeda dengan hasil karya tulisan atau gambar antik lain.

Buku yang ditemukan oleh pedagang buku di kawasan tua kota Roma pada 1912 ini, berhasil diketahui waktu pembuatannya setelah menggunakan studi penanggalan karbon oleh tim ilmuwan di University of Arizona.

Studi menunjukkan buku ini dibuat antara 1404 dan 1438. Tim yang dipimpin oleh Greg Hodgins dari departemen fisika University of Arizona ini mencari tahu sejarah naskah yang ditulis dari kulit binatang itu.
Read More

Astronom Temukan Planet Terpanas

Ahli astronomi menemukan planet terpanas. Menurut mereka, planet ini lebih panas dari bintang.

Planet itu diprediksi merupakan gas raksasa bersuhu 3.200 derajat celsius. Suhu itu melebihi suhu panas beberapa bintang. Astronom menemukan

WASP-3b, planet berukuran 1,4 Yupiter ini mengorbit bintang induk berjarak kurang dari 7% jarak Merkurius dan matahari.

WASP-33b mengorbit mengelilingi bintangnya setiap 29 setengah jam. Seperti dikutip New Scientist, meski orbit WASP-33b bukan orbit terdekat planet dengan bintang, namun bintang induk WASP-33b diketahui terlalu panas untuk menaungi planet.

Bintang itu bersuhu 7.160 derajat celcius, dan jauh lebih panas dari matahari di mana suhu permukaannya hanya berkisar 5.600 derajat celcius. Kombinasi jarak dekat orbit dan suhu tinggi bintang induk, memanaskan WASP-33b hingga mendekati 3.200 derajat celcius.

Menurut pengukuran infra merah terbaru melalui kamera William Herschel Telescope di Canary Islands, Afrika hal tersebut dapat diketahui. Suhu panas WASP-33b lebih tinggi dari beberapa bintang merah. Suhu WASP-33b juga lebih panas 700 derajat celcius dari WASP-12b dimana hanya bersuhu 2.300 derajat celcius.
Read More

Spesies Baru Serigala Afrika Ditemukan

Ilmuwan berhasil menemukan spesies serigala baru (jackal) Afrika di wilayah Mesir. Mereka menemukannya lewat proses analisa genetik. Hasil penemuan dipublikasikan di Jurnal PLoS ONE yang diterbitkan minggu ini.

Spesies baru tersebut termasuk kelompok Serigala Abu-abu. Sebelumnya, serigala itu diduga sebagai sub spesies Anjing Hutan Mesir atau Anjing Hutan Emas. Tapi, hasil analisa menunjukkan bahwa

serigala abu-abu adalah spesies baru.

Spesies ini ditemukan oleh tim peneliti gabungan dari berbagai universitas. Mereka adalah tim dari Wildlife Conservation Research Unit (WildCRU) Oxford University, Universitas Oslo dan Universitas Addis Ababa.

Dr Eli Rueness dari Universitas Oslo yang terlibat dalam penelitian ini mengatakan, "Kami hampir tak bisa memercayai saat melihat dengan mata kepala sendiri bahwa DNA serigala abu-abu ini tidak cocok dengan DNA mana pun di Gen Bank."

Menurut peneliti, spesies ini memiliki hubungan kekerabatan dengan Serigala Himalaya dan serigala India. Serigala Abu-abu diperkirakan sampai di benua Afrika sejak 3 juta tahun yang lalu, kemudian menyebar ke belahan bumi utara.

David MacDonald dari WildCRU yang terlibat penelitian ini mengatakan, "ini tak hanya temuan konservasi penting, tapi juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana serigala ini berevolusi, hidup berdampingan dengan anjing hutan emas."

Sementara Claudio Sillero, juga dari WildCRU mengatakan, "Temuan ini berkontribusi pada pemahaman tentang biogeografi fauna Afroalpine, spesies bermoyang Afrika dan Eurasia yang berevolusi akibat isolasi di dataran tinggi Afrika."

Selain menemukan spesies ini, peneliti juga menemukan spesimen hewan di Ethiopia yang secara genetik sangat identik dengan serigala abu-abu. Hal itu mengindikasikan bahwa serigala abu-abu tidak hanya ditemukan di Mesir.

Anjing hutan emas, spesies dimana serigala abu-abu ini dikelompokkan sebelumnya, dikategorikan "tidak terancam" oleh International Union for Conservation of Nature. Sementara, populasi anjing hutan abu-abu lebih jarang.

Para ilmuwan percaya, prioritas konservasi dan sains pada serigala abu-abu perlu dilakukan. Misalnya dengan menemukan persebaran populasinya dan jumlah individu yang tersebar saat ini.

Sillero yang juga Ketua Grup spesialis Canin di IUCN mengatakan, 'Anjing hutan Mesir (serigala abu-abu) perlu penamaan ulang segera. Status sebagai anggota serigala abu-abu mengharuskannya dinamai Serigala Afrika.
Read More

Spesies Ikan Baru

Para peneliti asal AS memeriksa tiga spesies ikan yang disebut "blenny" dan mengatakan bahwa mereka menemukan apa yang mereka cari di antara 10 spesies yang berbeda. Para ilmuwan dari Smithsonian Institute tersebut mengatakan bahwa

ikan blenny yang hidup di gugusan karang di Samudera Atlantik dan laut Pasifik ini, sangat sedikit diketahui informasinya.

Para ilmuwan mengatakan bahwa klasifikasi dari tiga spesies ikan blenny yang sebelumnya berlawanan dengan studi DNA ikan tersebut, mulai dari larva sampai dewasa, akhirnya berhasil menguak tujuh spesies yang belum diklasifikasi.

"Analisis DNA telah menawarkan sains sebuah sumber untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan lama," ujar Carole Baldwin, seorang zoologist di Smithsonian National Museum of Natural History.

"Penemuan ini adalah contoh yang sempurna mengenai bagaimana pemetaan DNA menjelaskan spesies yang kita lewatkan sebelumnya, seperti ikan blenny Starksia," tambah Baldwin.

"Kami tidak mengerti di mana kita berdiri dalam periode waktu untuk memahami keanekaragaman spesies. Hasil kerja kami ini menunjukkan kalau penelitian sebelumnya belumlah lengkap," pungkasnya.
Read More

Bau Ruang Angkasa seperti "Steak" Bakar

Angkasa luar ternyata memiliki bau yang kebanyakan bersumber dari bintang yang hampir mati. Campuran asap solar, logam panas, dan aroma bakaran barbeque, kira-kira seperti itulah bau ruang angkasa. Campuran bebauan dari bintang mati itu disebut polycyclic aromatic hydrocarbons.

Menurut penemu dan Direktur Laboratorium Astrofisika dan Astrokimia Pusat Penelitian Ames NASA, Louis Allamandola, molekul-molekul tersebut sepertinya berada di seluruh ruang angkasa. "Molekul tersebut juga melayang di sana selamanya, di dalam komet, meteor, dan debu angkasa," tuturnya. Hidrokarbon itu bahkan disebut-sebut sebagai bentuk awal kehidupan di Bumi. Karena itu, hidrokarbon dapat ditemukan pada

batu bara, minyak, dan makanan.

Astronot sering kali melapor mencium bau steak bakar setelah berjalan di ruang angkasa. Walaupun manusia tidak bisa menghirup bebauan di ruang angkasa, saat astronot berada di luar stasiun ruang angkasa, senyawa dan komponen antariksa menempel pada baju mereka dan ikut masuk ke stasiun.

Bau ruang angkasa tercium dengan jelas saat tiga tahun lalu NASA memerintahkan Steven Pearce, pembuat wewangian Omega, untuk kembali dan menciptakan bau yang cocok untuk simulasi.

Allamandola menjelaskan, sistem tata surya kita baunya tajam dan pedas karena kaya akan karbon dan rendah oksigen. Analoginya sama dengan mobil. Jika kekurangan oksigen di dalam mobil, maka akan terlihat jelaga hitam dan bau busuk. Bintang yang kaya oksigen tercium seperti arang terpanggang.

Saat nanti kita dapat meninggalkan galaksi, baunya akan semakin menarik. Di dalam ruang angkasa yang gelap dan molekul penuh debu, bau gula manis hingga bau telur busuk dan belerang akan tercium.
Read More

Ular Dulunya Berkaki

Ular ternyata dulu berkaki. Hal itu diketahui setelah ilmuwan mempelajari fosil ular berusia 95 juta tahun yang ditemukan tahun 2000 di Desa Al-Nammoura, Lebanon.

Berbeda dengan tulang kaki depan yang terlihat jelas, para peneliti harus menggunakan

sinar X dan pencitraan resolusi tinggi tiga dimensi (3D) untuk bisa melihat tulang kaki belakang yang tersembunyi dalam fosil batuan.

Menurut Journal of Vertebrate Paleontology yang dikutip BBC, Selasa (8/2/2011), pertumbuhan kaki ular Eupodophis descouensi kian lambat hingga akhirnya hilang.

Para peneliti Museum Nasional d’Histoire Naturelle, Perancis, hanya menemukan tulang bagian pergelangan kaki. "Bisa jadi pergelangan kaki atau bagian kaki lain patah atau hilang seiring perjalanan waktu," kata Alexandra Houssaye dari museum itu.

Dari bukti-bukti yang ada, ular mulai kehilangan kakinya sekitar 150 juta tahun lalu.
Read More

Asteroid Sebesar Mobil Dekati Bumi

Sebuah asteroid berukuran sebesar mobil akan melayang mendekati Bumi hari ini. Demikian prediksi tim peneliti Asteroid Watch Program NASA yang dilaporkan lewat situs Space.com. Nama asteroid tersebut adalah 2011 CA7.

Diameter asteroid itu diperkirakan sekitar 3 meter. Menurut para ilmuwan, asteroid itu akan melintas pada jarak 103.480 kilometer (km) dari Bumi. Asteroid akan berada di

titik terdekat dengan Bumi pada pukul 14.25 EST atau 02.25 WIB nanti. Sayangnya, ukuran asteroid terlalu kecil sehingga tak bisa dilihat.

2011 CA7 adalah asteroid kedua yang melintas di dekat Bumi selama lima hari terakhir. Pada 4 Februari, asteroid 2011 CQ1 yang berukuran 1,3 meter melintas pada jarak 5.471 km dari Bumi.

Tim NASA mengatakan, 2011 CA7 dan 2011 CQ1 tak berpotensi menghantam Bumi. Ukuran kedua asteroid tersebut terlalu kecil sehingga akan terbakar di atmosfer. Dalam akun Twitter-mereka, tim peneliti NASA menulis, "Diprediksi bahwa asteroid kecil setiap hari melintasi area antara Bumi dan Bulan. Akan tetapi, ukurannya kecil sehingga tak bisa dilihat."

Hingga kini NASA terus mengamati asteroid-asteroid yang mendekati Bumi. Observasi dilakukan untuk mengetahui asteroid yang berpotensi menghantam Bumi dan menimbulkan bencana. Asteroid, bersama komet dan beberapa benda langit di dekat Bumi, disebut Near-Earth Object. Asteroid yang berpotensi menabrak Bumi adalah yang melayang di dekat Bumi dan berukuran lebih dari 150 meter.
Read More

Fosil Terbaru Manusia Berjalan

Tulang itu milik Australopithecus afarensis di mana kerangka pertama kali digali di Ethiopia pada 1974. sebelumnya, ahli percaya Homo erectus merupakan anggota pertama dari pohon keluarga manusia yang berjalan tegak, antara 1,6 juta hingga 70 ribu tahun lalu.

Tapi, penemuan ini mengaskan bahwa

proses berjalan sudah muncul sebelumnya. Spesies yang juga dikenal dengan nama Lucy ini hidup antara 2,9-3,7 juta tahun tahun lalu. Namun, ilmuwan sebelumnya tidak tahu apakah mereka menghabiskan waktu dengan merangkak atau berjalan tegak.

“Sekarang kita bisa mengetahui Lucy ataupun saudara mereka sudah memiliki kerangka kaki yang mampu berjalan tegak. Ini bisa membantu kita memahami di mana mereka tinggal dan bagaimana mereka melawan para predator,” ujar Dr. Carol Ward dari University of Missouri yang memimpin studi ini.

Dalam temuan terbaru terkait evolusi manusia, peneliti berhasil menganalisis fosil tulang kaki dari kerabat manusia purba yang berjalan tegak dengan dua kaki sekitar 3 juta tahun lalu.

Studi itu mengakhiri perdebatan panjang kapan nenek moyang kita berubah dari memanjat pohon seperti monyet lalu berjalan layaknya manusia modern.
Read More

Beruang Terbesar Sepanjang Masa

Telah lahir juara baru untuk kategori beruang yang terbesar dan terburuk rupa yang pernah ditemukan. Seekor beruang prasejarah Amerika Selatan dengan bobot 1.600 kilogram dan tinggi saat berdiri mencapai 3,4 meter menjadi juaranya, menurut penemuan terbaru. Sebelumnya, beruang raksasa Amerika Utara dengan bobot 1.134 kilogram tercatat sebagai beruang prasejarah yang terbesar. Untuk beruang modern, rekor dipegang oleh beruang kutub Alaska dengan 998 kilogram.

Beruang Amerika Selatan ini menjelajahi Benua Amerika sekitar 500.000 hingga 2 juta tahun yang lalu. Menurut ilmuwan, beruang itu merupakan

karnivora terbesar dan terkuat yang ada pada zamannya. "Sebagai karnivora, tak ada yang mendekati keperkasaan beruang Amerika Selatan ini," ujar Blaine Schubert, paleontologis dari East Tennessee State University di Johnson City, Tennessee.

Tulang-belulang beruang itu ditemukan di Provinsi Buenos Aires, Argentina, pada 1935. Baru-baru ini, tulang tersebut diteliti kembali oleh Schubert dan Leopoldo Soibelzon, seorang paleontologis dari Argentina yang mempunyai spesialisasi dalam meneliti fosil beruang Amerika Selatan. Peneliti mengukur tulang lengan atas yang hampir sebesar lengan atas gajah, dengan begitu sisa dari ukuran badan beruang dapat diperkirakan. Penelitian itu juga mengemukakan bahwa beruang jantan tua tersebut mengalami luka yang cukup serius selama hidupnya.

Ukuran Amat Penting "“Entah apa yang dimakan dan bagaimana cara dia makan, pertanyaan muncul saat menyadari beruang itu amat berbeda dengan saudaranya, beruang Amerika Utara," kata Schubert. Sebagai perbandingan, spesies beruang Amerika Selatan membesar dan kemudian mengecil seiring berjalannya waktu, berbeda dengan beruang Amerika Utara yang spesiesnya terus membesar.

Schubert mengindikasikan bahwa persediaan mangsa yang melimpah dan kompetisi yang sedikit, membuat beruang Amerika Selatan menjadi raja dari benua itu. Tetapi, seiring dengan evolusi dari karnivora, beruang itu pun beradaptasi dan menjadi lebih omnivora, layaknya beruang modern.

Di Amerika Utara, peningkatan ukuran dari beruang, menjadi keuntungan tersendiri. Kucing bergigi belati dan predator lain telah menyingkir, menurut beberapa peneliti. Kekuasaan beruang Amerika Utara mungkin bertepatan dengan hewan zaman es, seperti unta dan mammoth.
Read More

Minggu, 06 Februari 2011

Palung Terdalam Simpan Rahasia Iklim

Salah satu area laut terdalam dunia, Palung Mariana di Samudera Pasifik, yang berkedalaman 10,9 km di bawah permukaan laut, kembali menjadi sumber penelitian. Kali ini tim peneliti yang dipimpin oleh Professor Ronnie Glud dari University of Southern Denmark dan Scottish Association for Marine Science mencoba mengungkap rahasia perubahan iklim dari palung terdalam tersebut.

Glud yang bekerjasama dengan Japan Agency for Marine Earth Science and Technology melakukan penelitian dengan sebuah instrumen yang tahan tekanan tinggi. Instrumen dilengkapi dengan program yang bisa meneliti kondisi palung laut itu diluncurkan dari kapal hingga bergerak jatuh bebas ke bawah.

"Pada dasarnya, dengan penelitian ini kami ingin mengetahui jumlah bahan organik yang diproduksi oleh alga dan ikan di permukaan yang terakumulasi di palung laut. Seluruhnya, baik yang dikonsumsi bakteri, terdegradasi maupun yang terpendam," katanya dilansir situs BBC.

Ia mengatakan

, studi tersebut bisa memberikan gambaran tentang peran laut dalam siklus karbon secara global. Sejauh ini, studi peran laut dalam siklus karbon baru diteliti pada kedalaman 4,6 km hingga 5,5 km. Observasi Glud secara spesifik memberikan gambaran tentang peran palung laut.

Mengungkapkan hasil studinya, Glud memaparkan, "Kita memiliki cadangan karbon di dalam palung ini lebih besar dari yang diperkirakan. Artinya, kita memiliki karbon dioksida yang tenggelam di kedalaman laut dalam konsentrasi yang tak pernah diketahui sebelumnya."

Glud juga menjelaskan bahwa berdasarkan hasil studinya, palung laut terbukti berfungsi sebagai tempat karbon terakumulasi. Palung juga memiliki aktivitas yang tinggi, artinya lebih banyak karbon diubah oleh bakteri di area palung tersebut.

Setelah mengetahui hal tersebut, Glud hendak membandingkan jumlah karbon yang tersimpan di palung laut dibadingkan dengan bagian laut lainnya. Selain itu, Glud juga hendak mengetahui jumlah karbon yang diubah oleh bakteri. Seluruh penelitian ini bermuara pada upaya mengerti bagaimana palung laut berpengaruh terhadap iklim.
Read More

Penemuan aLien

NASA akhirnya menggelar konferensi pers tentang isu alien. Materi yang disampaikan dalam konferensi pers itu akhirnya menjawab rasa penasaran berbagai pihak, terutama yang percaya eksistensi alien, tentang keberadaan makhluk hidup di luar Bumi.

NASA menyampaikan bahwa mereka benar-benar telah menemukan "alien". Namun, sosok alien yang ditemukan tak seperti yang digambarkan di berita dan film, juga tidak berasal dari ruang angkasa. Alien yang dimaksud NASA ternyata adalah mikroba aneh yang ditemukan di kedalaman Danau Mono, dekat Taman Nasional Yosemite di California.

Mengapa mikroba itu seolah disamakan dengan alien? Mikroba tersebut tak hanya memiliki toleransi yang tinggi terhadap senyawa beracun, yaitu arsenik. Makhluk yang termasuk bangsa Halomonadaceae strain GFAJ-1 itu bahkan menjadikan

arsenik sebagai salah satu kompnen dalam materi genetik atau DNA-nya.

Para ahli mengatakan, materi genetik pada mikroba tersebut bisa merujuk pada bentuk alternatif kehidupan. Struktur DNA pada mikroba ini bisa menyerupai makhluk hidup lainnya, yaitu terdiri dari fosfor, basa nitrogen, dan protein. Namun, dalam kondisi yang tak memungkinkan, materi genetik mikroba ini bisa terdiri atas arsenik sebagai alternatif fosfor.

Dr Felisa Wolfe Simon, peneliti mikroba dari Arizona State University yang terlibat dalam studi ini, mengatakan, "Penemuan tersebut menunjukkan bahwa kehidupan yang ada bisa jauh lebih fleksibel dari yang kita tahu." Jika bentuk kehidupan alternatif itu ada di bumi, bukan tidak mungkin bahwa ada kehidupan lain di luar angkasa.

Profesor Ariel Anbar, astrobiolog yang terlibat dalam studi ini, mengatakan, "Kehidupan yang kita tahu membutuhkan senyawa-senyawa tertentu dan mengesampingkan senyawa yang lain. Tapi, apakah itu satu-satunya pilihan? Bagaimana kehidupan yang berbeda dari yang kita tahu bisa dimungkinkan?"

Pengumuman penemuan NASA yang ternyata sangat berbau kehidupan Bumi dan bukan luar angkasa ini mengecewakan banyak pihak. Namun, Mary Voytek, Direktur Astrobiologi NASA, mengatakan, "Maaf sekali kalau banyak orang kecewa. Tapi, penemuan ini adalah hal besar dan sebuah penemuan yang fenomenal."

Pamela Conrad dari Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt mengatakan, "Penemuan ini membuka perspektif kita. Ia menekankan, upaya pencarian kehidupan di luar Bumi harus diubah. Ilmuwan tidak bisa hanya mendeteksi kemungkinan kehidupan berdasarkan keberadaan senyawa-senyawa tertentu saja.
Read More

NASA Temukan 54 Planet Serupa Bumi

Perburuan planet-planet ekstrasurya atau di luar tata surya yang mirip Bumi dan mendukung kehidupan terus dilakukan. Teleskop luar angkasa Kepler milik Badan Antariksa AS (NASA) dirancang secara khusus untuk mencari planet-planet seperti itu.

"Hanya dalam waktu setahun meneropong sebagian kecil galaksi kita, Kepler berhasil menemukan 1.235 planet di luar tata surya kita. Yang mengejutkan, 54 di antaranya kemungkinan dapat dihuni manusia, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin," kata William Borucki, kepala ilmuwan yang terlibat dalam misi Kepler. Dari 1.235 planet baru yang terdeteksi, 68 di antaranya seukuran

Bumi, 288 super Bumi, 662 seukuran Neptunus, 165 seukuran Jupiter, dan 19 lebih besar dari Jupiter. Sementara dari 54 planet yang ditemukan di zona orbit yang mendukung kehidupan, 5 di antaranya seukuran Bumi dan sisanya antara super Bumi atau dua kali ukuran Bumi hingga seukuran Jupiter.

"Kami mulai dari nol ke 68 kandidat planet seukuran Bumi dan dari nol hingga 54 kandidat di zona yang mendukung kehidupan, sebuah wilayah di mana air dalam bentuk cair mungkin ada di permukaan planet. Beberapa kandidat mungkin juga memiliki bulan dengan air dalam bentuk cair," jelas Borucki.

Penemuan planet yang mendukung kehidupan sebanyak 54 buah merupakan jumlah yang sangat banyak. Sejauh ini bahkan bisa dikatakan belum pernah ditemukan planet ekstrasurya yang benar-benar dapat dipastikan mirip Bumi dan kemungkinan dapat dihuni. Kalaupun mengandung senyawa organik dan zat-zat yang dibutuhkan untuk kehidupan, planet yang ditemukan biasanya terlalu jauh atau terlalu dekat bintangnya.

Meski disebut mendukung kehidupan, planet-planet tersebut belum dapat dipastikan ada kehidupan di sana saat ini seperti Mars misalnya. Kalaupun ada kehidupan mungkin berupa jasad renik seperti bakteri atau jenis kehidupan yang belum terbayangkan saat ini. Pekerjaan rumah berikutnya yang masih harus dilakukan para ilmuwan adalah menentukan ukuran planet-planet tersebut, komposisi, suhu permukaan, jarak dari bintangnya, kondisi atmosfer, dan kemungkinan adanya air serta senyawa karbon.

Semua planet asing tersebut ditemukan di galaksi Bima Sakti. Namun, jaraknya terlalu jauh dari Bumi dan mustahil mengirim misi ke sana. Dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini, perlu jutaan tahun untuk berkunjung ke planet-planet tersebut.

"Cucu-cucu kita yang akan memutuskan apa langkah selanjutnya. Apakah mereka akan pergi ke sana? Apakah mereka hanya akan mengirim robot ke sana?" kata Borucki.
Read More

NASA Temukan Tata Surya dengan 6 Planet

Teleskop luar angkasa Kepler telah membuat penemuan menakjubkan. Lewat konferensi pers yang digelar NASA Rabu (2/2/2011) siang waktu Washington atau Kamis (3/2/11) dini hari WIB, hal utama yang diumumkan adalah bahwa Kepler telah menemukan lebih dari 1200 planet dengan 54 diantaranya potensial mendukung kehidupan.

Namun, di luar isu utama tentang penemuan planet yang bisa dihuni itu, Kepler menyimpan temuan lain yang tak kalah menakjubkan. Teleskop luar angkasa yang baru beroperasi tahun 2009 ini menemukan sebuah tata surya baru beranggotakan 6 buah planet. Seluruh planet mengorbit satu bintang induk yang dinamai Kepler 11.

Tata surya baru itu berjarak 2000 tahun cahaya dari bumi. Tata surya ini unik sebab

merupakan tata surya pertama yang memiliki jumlah planet transit lebih dari 3. Dalam konferensi pers yang digelar, NASA mengatakan, "Ini adalah grup terbesar planet transit mengorbit satu bintang induk yang pernah ditemukan di luar tata surya kita."

Planet transit secara sederhana bisa dikatakan sebagai planet yang sedang melewati muka bintang atau planet lain sehingga tampak seperti singgah di bintang tersebut. Proses transit yang terjadi mirip proses gerhana. Bedanya, dalam proses transit, benda yang lebih kecil berada di depan benda yang lebih besar sehingga benda kecil itu akan tampak seperti titik di benda besar. Sementara dalam gerhana, benda yang lebih besar melintas di muka benda yang lebih kecil sehingga menutupi. Besar kecil benda relatif dari sudut pandang pengamat. Dalam tata surya kita, tak jarang ditemui Merkurius transit di muka matahari atau planet lain.

Temperatur seluruh planet lebih panas dari Venus, sekitar 400 hingga 1400 derajat Fahrenheit. Para astronom mengungkapkan, seluruh planet yang mengorbit Kepler 11 memiliki ukuran lebih besar dari bumi. Rentang ukurannya sekitar 2 hingga 4,5 kali massa bumi. Planet yang terbesar diperkirakan memiliki ukuran setara dengan Uranus atau Neptunus. Keseluruhannya ditemukan dengan cara melihat peredupan cahaya bintang induk saat planet melintasi wilayah antara bintang dan teleskop.

Keunikan lain tata surya baru ini adalah arsitekturnya. Anggota tata surya Kepler 11 terdiri atas planet-planet tersusun kompak, memadati area di dekat bintang induk. Sebanyak 5 planet seolah mengumpul saling berdekatan sementara 1 lainnya tampak "terpental" karena sedikit terpisah. Planet terdekat adalah Kepler 11-b yang jarak dengan bintang induknya 10 kali lebih dekat dari jarak Bumi-Matahari. Sementara planet terjauh adalah Kepler 11-g yang jarak dengan bintang induknya 1/2 jarak Bumi-Matahari.

Sejauh ini, belum diketahui adanya tata surya dengan arsitektur sedemikian unik. Sebanyak 5 planet yang seolah mengumpul adalah Kepler 11-b, Kepler 11-c, Kepler 11-d, Kepler 11-d dan Kepler 11-e. Sementara, planet yang sedikit terpental adalah Kepler 11-g. Seluruhnya merupakan planet yang terdiri atas campuran batuan, gas dan mungkin air.

Planet Kepler 11-d, Kepler 11-e dan Kepler 11-f mempunyai jumlah gas ringan yang signifikan, menandakan bahwa ketiganya baru terbentuk dalam jangka waktu beberapa juta tahun terakhir. Seluruh planet memiliki waktu revolusi antara 10-47 hari.

Dengan penemuan tata surya baru ini, Kepler semakin memantapkan posisinya sebagai teleskop luar angkasa unggulan masa kini. Prediksi Geoff Marcy, astronom dari University of California di Berkeley, pada tahun 2020 Kepler akan menemukan setidaknya 10.000 planet. Sementara pada tahun 2030, jumlahnya temuannya bisa bertambah 20.000 lagi. Hingga konferensi NASA kemarin, Kepler telah menemukan 1235 planet.
Read More

Masih Jadi Misteri Terbesar Jagat Raya

Penemuan planet, bintang, dan benda angkasa lainnya beserta fenomena dan proses pemebentukannya telah menguak misteri angkasa. Sekarang, dengan adanya penemuan tersebut, misteri terbesar apakah yang belum bisa terkuak?

Geoff Marcy, astronom University of California, Berkeley mengatakan, "Ada satu misteri besar yang mungkin orang tak mau lagi membicarakannya. Ini pertanyaan klasik. Berapa banyak planet serupa bumi?"

Para astronom dan masyarakat menurutnya telah mengetahui definisi serupa bumi. Meski karakter planet serupa bumi masih misterius, tapi planet tersebut biasanya didefinisikan sebagai

planet yang bisa mendukung kehidupan.

Definisi tersebut memungkinkan astronom untuk mencetuskan ide. "Anda mungkin menginginkan adanya air dalam wujud cair, juga temperatur yang stabil selama jutaan atau miliaran tahun sehingga evolusi bisa terjadi," katanya.

"Selain itu, Anda mungkin menginginkan adanya bulan yang bisa menstabilkan poros putar. Anda juga menginginkan ada Jupiter untuk membersihkan serpihan-serpihan angkasa serta lautan yang bisa berfungsi sebagai pelarut bahan kimia," lanjutnya.

Namun, meski dengan adanya ide-ide itu, memperkirakan jumlah planet serupa bumi atau mengetahui seberapa umum keberadaan mereka di angkasa masih sulit. "Seberapa umum planet mirip bumi, kita tidak mengetahuinya," tegas Marcy.

Sejauh ini, kepastian yang ada hanyalah bahwa memang terdapat planet-plenet yang serupa Bumi.
Read More

Misteri Danau Berwarna Biru Neon di Australia

Berenang seharusnya memberikan suasana yang sehat bagi raga kita. Tetapi, belum tentu demikian halnya jika Anda berenang di kolam misterius ini. Kulit Anda bisa seketika berubah menjadi biru neon usai berenang di danau itu.
  "Rasanya seperti kami sedang bermain dengan cat radioaktif," kata Phil Hart yang menangkap gambar fenomena aneh ketika teman-temannya muncul dari sebuah danau di suatu malam.


Apa yang membuat air di tepi danau itu menyala dalam kegelapan? Ya, air berwarna terang di saat gelap itu tidak muncul dengan sendirinya. Ia tercipta karena reaksi kimia yang disebut biopendar (bioluminescence), yang muncul saat konsentrasi mikro-organisme di dalam air terganggu secara alamiah.
Phil, 34 tahun, meletakkan kameranya dengan penyanggah kaki tiga dengan kecepatan shutter terlambat. Lalu, dia kemudian melempar butiran pasir dan batu sehingga kamera dapat menangkap gambar bintik-bintik air biru sebanyak mungkin. Hasil gambarnya: sempurna.
Gambar-gambar ini terlihat sangat menakjubkan. Warnanya berubah ketika konsentrasi mikro-organisme Noctiluca Scintillans di dalam air tidak normal, jauh lebih tinggi dari biasanya. Phil dan teman-temannya mengambil gambar itu di Danau Gippsland, Victoria, Australia.

"Berada di sana dan melihat biopendar yang begitu memukau adalah kesempatan yang sangat langka," ujar Phil. "Saya di sini sebagai direktur program di sebuah organisasi yang secara rutin mengadakan agenda berkemah di sekitar Danau Gippsland sejak 50 tahun lalu. Dan, belum pernah ada yang dapat melihat biopendar seterang ini."

Seperti yang disebutkan, fenomena ini disebabkan tingginya konsentrasi mikro-organisme yang tinggi. Hal ini diyakini sebagai hasil dari kombinasi kebakaran hutan dan banjir di sekitar danau, di mana secara tidak langsung meningkatkan kadar nutrisi di dalam air yang dapat menghidupkan organisme.

"Ini tidak boleh terjadi lagi dalam hidup saya," tutur Phil. "Saya merasa beruntung karena telah melihatnya dan berhasil merekam gambar tersebut dengan kamera saya."

"Warna biru cerah tidak hanya terlihat dengan mata kepala saya saja, tetapi juga dengan kamera saya. Ketika mengambil fotonya pertama kali, saya hampir tidak percaya melihat orang-orang di air tampak aneh," pungkas pria asal Melbourne itu.
Read More